LIKE,SHARE PAGE DAN KLIK (X) UNTUK BACA Button Close
-

Saya Menyesal Kerana Tidak Bertegas Dari Dulu…Sekarang Kesan Gadget Pada Anak Saya Sangat Menakutkan,Ibu Bapa Wajib Membaca Ini… !!

Awal perkenalan dengan alat pas Shafraan umur 10 bulan. Awalnya terbiasa melihat kakak-kakaknya main game di bak. Dari sekedar jadi penonton lama kelamaan dia jadi tertarik untuk mencoba. Seiring bertambahnya usia, gadget merupakan barang yg tidak dapat dipisahkan dlm kesehariannya. Memainkan berbagai jenis game sampai berjam2 bahkan game bagaikan lagu lagu pengantar tidur buat dia.
Pokoknya main game dulu baru bisa tidur. Dan itu berlangsung setiap hari. Awalnya saya membiarkan. Saya memberikan. Saya memfasilitasi. Karena bagi saya alat adalah senjata ampuh saya untuk menenangkan dia. Sewaktu dia marah dan menangis saya pasti akan membujuknya dengan bermain game. Dan memang dia akan terus tenang.
Di umurnya yg ke 2 tahun sebenarnya saya sudah melihat tanda-tanda ke'kaku'an dari caranya berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Misalnya bagaimana dia bereaksi terhadap permainan manual (kereta2, pesawat, dan jenis permainan lainnya yg dimilikinya). Pernah sekali saya menemukan dia hanya memegang kereta2nya sambil diam saja. Tidak ada gerakan seperti seorang anak laki2 yg diberi mobil mainan yg pasti sudah memainkannya sambil meniru suara mobil aslinya. Dia kebingungan pikir saya. Karena selama ini dia hanya terbiasa menggerakkan jari2nya mengikuti aliran permainan dari dalam gadgetnya.
Keanehan lainnya dan yg paling mengganggu adalah kurangnya kosa kata yg bisa dia ucapkan. Padahal anak2 sebaya dia seharusnya sudah dapat berbicara dgn kosa kata yg lebih variatif. Dalam hati saya sudah was-was … khawatir dengan perkembangan anak-anak saya. Sempat bertemu dengan dokter tentang apakah hubungan antara alergi tinggi yg diderita Shafraan dengan keadaannya ini. Dan jawabannya adalah tidak ada. Kemungkinan besar pengaruhnya adalah kurangnya interaksi dari orang tua dan anggota keluarga yg kurang berkomunikasi / merangsang Shafraan agar memperbanyak perbendaharaan katanya.
Dan hati kecil saya berbisik … alat-lah penyebabnya . Sejak saat itu saya mulai membatasi penggunaan alat di rumah. Seringkali saya harus mengalah menghadapi karenah Shafraan krn saya bersikeras tidak memberikan alat ke dia. Dia ngamuk, nangis, melempar semua barang ke arah saya dan siapa saja yg ada di dekatnya termasuk kakak2nya. Dia susah makan, susah tidur dan nakal. Sangat keras kepala. Itu berlangsung sekitar 3 hari. Dan pada akhirnya kasihan. Itulah alasan akhirnya saya memberikan lagi alat kepada dia. Dan kondisi rumah jadi tenang kembali.
Puncaknya sekitar 2 bulan yg lalu saya ke RS buat imunisasi si Debay Raisha kakaknya. Bertemu dengan dokter dibagian perkembangan anak dalam komunikasi. Semua permasalahan kami rujuk termasuk bertanya tentang kondisi Shafraan. Akhirnya dokter mencoba menguji motor halusnya. Dan hasilnya semua stimulan dapat Shafraan buat dan pertanyaan dari dokter bisa dia jawab meskipun kata2nya belum terlalu jelas. Alhamdulillah berarti Shafraan normal2 saja. Mungkin hanya masalah waktu saja sehingga dia bisa berbicara dgn jelas krn setahu saya anak laki2 memang agak lambat soal masalah bicara dibanding anak perempuan. Begitu pikir saya.
Tapi ternyata dokter punya diagnosis lain. Menurut dokter Shafraan sekarang dalam kondisi Speech delay atau keterlambatan bicara. Tidak tanggung2 perkembangan bicara Shafraan terlambat 1 tahun dari umurnya yg sudah 3 tahun 4 bulan saat itu. Speech delay adalah istilah yg digunakan untuk menggambarkan adanya hambatan pada kemampuan bicara dan perkembangan bahasa pada anak anak, tanpa disertai keterlambatan aspek perkembangan lainnya. Pada umumnya mereka memiliki perkembangan intelegensi dan sosial-emosional yang normal. Menurut penelitian, problem ini terjadi atau dialami 5 sampai 10% anak-anak usia prasekolah dan lebih cenderung dialami oleh anak laki-laki dari pada perempuan.
Dokter menyarankan agar Shafraan ikut terapi Okupasi / Sensori Integrasi untuk merangsang kemampuan bahasa dan kosa katanya. Setelah itu baru dilanjutkan ke Terapi Wicara. Ya Allah … pernyataan dari dokter itu bagaikan guntur disiang bolong. Baru saya sadar sayalah penyebab Shafraan jadi begini. Saya tidak mau ditugaskan dgn suara tangisan / rengekannya. Saya tidak ingin melihat rumah berantakan krn mainan nya. Saya tidak ingin repot. Saya tidak mau capek. Saya egois. Itulah kesalahan terbesar saya sebagai seorang ibu. Dan baru sekarang mata saya terbuka lebar tentang kondisi anak saya. Bagaimana bisa saya tidak peduli pada hal ini selama bertahun2? Bagaimana bisa saya menyia-nyiakan masa2 emas pertumbuhannya dgn sibuk dengan hal dirinya dengan alat yg jelas jelas tidak ada gunanya selain kesenangan sementara?
Menyesal..sangat menyesal..seandainya waktu dapat diulang kembali pasti saya tidak akan melepaskan peluang untuk mengajar dia berbicara. Namun nasi sudah menjadi bubur Penyesalan pun tiada guna Satu yang pasti adalah bagaimana cara memperbaiki kondisi anak saya. Setelah berbincang dgn suami kami setuju bahwa kami tidak akan mengikut sertakan Shafraan dlm terapi itu. Kenapa? Karena kami percaya bahwa anak kami bisa dan akan bisa berbicara seperti anak2 sebayanya. Dan karena ini adalah sepenuhnya kesalahan kami sebagai orang tua khususnya saya sebagai ibunya maka kamilah yg akan bertanggung jawab sepenuhnya tanpa campur tangan oranglain.
Sejak hari itu penggunaan alat ditiadakan. Awalnya dia nangis sambil minta bak tapi dgn tegas saya kata bak rusak. Besoknya dia minta lagi. Tetap saya bilang rusak. Selama kurang lebih seminggu dia masih sering meminta.
Tapi alhamdulillah akhirnya dia mulai lupa dan mulai membuat aktivitas baru. Entah lari2 kecil di dlm rumah, menyusun kereta2, main kapal terbang, memanjat tempat jemuran baju saya ?. Membongkar laci buku kakak2nya, ambil buku dan pensil trus mulai mencorat coret. Bosan dengan buku pindahlah dia corat-coret ke dinding. Hasilnya? Rumah tidak pernah bisa rapi. Mainan berantakan. Tapi ada kemajuan pesat pada diri Shafraan. Pembendaharaan katanya sudah lebih banyak. Bahkan sekarang dia sudah bisa bicara membentuk ayat. Meskipun masih belum terlalu jelas tapi saya sudah sangat bersyukur dgn keadaannya sekarang.
Ini adalah pelajaran bagi saya sebagai orangtua. Kita sayang sama anak … orang tua mana yg tidak?
Tapi orang tua pun harus lebih cermat memilih mana yg bisa dan tidak seharusnya diberikan kepada anak. Jangan sampai krn pola asuh kita dapat memberi efek buruk pada masa depan mereka. Saya tidak melarang atau menghakimi orang tua yg masih memberikan alat kepada anak2nya. Saya hanya berbagi pengalaman saja. jangan sampai apa yg terjadi pada Shafraan terjadi pada anak2 lain.
SAVE OUR CHILDREN FROM GADGET. BIARKAN MEREKA MENIKMATI GOLDEN AGE MEREKA DENGAN CARA SEMULAJADI KARENA BELUM WAKTUNYA MEREKA bersentuhan dengan canggihnya teknologi?
Ummu Shafraan
Manado 04 Agustus 2016

Sumber : https://infoje.com