Namun tak ramai yang tahu, ibu dari seorang puteri, Inaya, ini adalah seorang Muslim. Dia memutuskan untuk menganut Islam pada usia 20-an tahun. Apa yang membuatnya menjadi seorang muslimah?
Camilla tertarik kerana perbezaan pandangan Barat soal perlakuan Islam atas perempuan. Menurutnya, tidak seperti pandangan banyak orang, Islam justeru mendudukkan perempuan setara dengan laki-laki, dalam fungsi dan tugas masing-masing.
"Saya tahu, orang pasti akan terkejut mendengar kata 'feminisme' dan 'Islam'. Namun jangan salah, dalam Al Quran, wanita mempunyai kedudukan setara laki-laki dan ketika agama ini dilahirkan, perempuan adalah warga kelas dua dalam masyarakat misoginis, " katanya.
Menurutnya, banyak orang yang salah mendudukkan antara budaya dan agama. Di negara Islam, kebebasan wanita dikungkung mungkin benar, tetapi jangan salah juga, ketika saya membesar, saya juga merasa tertekan dalam budaya masyarakat Barat yang begini, "ujarnya. "Tekanan" yang dimaksudkan, adalah tuntutan sosial agar wanita berlaku sama dengan lelaki, dengan minum minuman keras dan seks bebas. "Tak ada ertinya semua itu bagi saya. Dalam Islam, ketika anda mula menjalin hubungan, maka ertinya adalah sebuah komitmen yang sengit, "ujarnya.
Camilla membesar dalam lingkungan kelas menengah Inggeris. Ayahnya adalah pengarah Southampton Institute of Education dan ibunya pensyarah ekonomi. Camilla mula tertarik pada Islam sejak sekolah menengah.
Dahaganya akan pengetahuan keislaman agak berpuas hati ketelah dia masuk universiti, yang dilanjutkan dengan meraih gelar master untuk bidang kajian Timur Tengah.
Pencerahan datang saat dia tinggal dan bekerja di Syria. Dia makin tertarik pada Islam setelah membaca terjemah Al-Quran. "Saya tertarik untuk menjadi mualaf," ujarnya.
Keputusannya menganut Islam membuat teman-teman dan keluarganya hairan. "Ia adalah sukar bagi mereka untuk memahami seorang yang terpelajar, berasal dari kelas menengah, dan berkulit putih pula, memutuskan untuk menjadi Muslim," ujar Camilla.
Dia bersyukur mencari Islam. Dia bercerita, makin kuat tekadnya memegang teguh agamanya ketika menghadiri ulang tahun rakannya di sebuah bar, saat itu dia tampil berjilbab.
"Saya berjalan, dengan tudung dan pakaian tertutup saya, melihat semua mata menatap saya dan beberapa yang mabuk mengucapkan kata-kata tak senonoh atau menari secara provokatif. Untuk pertama kalinya, saya menyaksikan masa lalu saya dengan sebelah mata dan saya tahu, saya tak akan pernah ingin kembali pada kehidupan semacam itu, "ujar Ibu dari Inaya ini.
Dahaganya akan pengetahuan keislaman agak berpuas hati ketelah dia masuk universiti, yang dilanjutkan dengan meraih gelar master untuk bidang kajian Timur Tengah.
Pencerahan datang saat dia tinggal dan bekerja di Syria. Dia makin tertarik pada Islam setelah membaca terjemah Al-Quran. "Saya tertarik untuk menjadi mualaf," ujarnya.
Keputusannya menganut Islam membuat teman-teman dan keluarganya hairan. "Ia adalah sukar bagi mereka untuk memahami seorang yang terpelajar, berasal dari kelas menengah, dan berkulit putih pula, memutuskan untuk menjadi Muslim," ujar Camilla.
Dia bersyukur mencari Islam. Dia bercerita, makin kuat tekadnya memegang teguh agamanya ketika menghadiri ulang tahun rakannya di sebuah bar, saat itu dia tampil berjilbab.
"Saya berjalan, dengan tudung dan pakaian tertutup saya, melihat semua mata menatap saya dan beberapa yang mabuk mengucapkan kata-kata tak senonoh atau menari secara provokatif. Untuk pertama kalinya, saya menyaksikan masa lalu saya dengan sebelah mata dan saya tahu, saya tak akan pernah ingin kembali pada kehidupan semacam itu, "ujar Ibu dari Inaya ini.
Sumber : http://detikislam.blogspot.my/